Monday, October 24, 2011

Alat Untuk Membuat Kue Akar Kelapa dan Putu Mayang

Aku ketemu cetakan ini gak sengaja waktu jalan-jalan ke Pekan Baru. Sama yang jual di kasih tau kalo ini untuk bikin kue akar kelapa. Aku sendiri tertarik karena juga bisa digunakan untuk bikin kue kesukaanku, putu mayang. Dalam satu alat ini dapat 4 kepingan dengan lubang berbeda. Pertama, yang ada satu lubang seperti bintang di tengah, digunakan untuk membuat kue akar kelapa, dua keping lagi yang berlubang banyak, untuk membuat kue putu mayang, ada yang lubangnya kecil-kecil dan ada yang lebih besar, dan yang satu lagi untuk bikin adonan tipis dan lebar aja (gak tau juga ya, buat kue apa..hehehe).

Cara penggunaanya, putar untuk membuka tutupnya, lalu pilih kepingan yang akan digunakan, letakkan di bagian dasar tabung. Isi adonan yang akan di cetak, tutup dengan tutupnya. Nah, setelah itu putarannya tinggal diputar aja. Adonan yang tercetak akan keluar dari bagian bawahnya. Jadi deeeh.....

Cetakan Kue Mangkok


Cetakan kue mangkok ini sangat fungsional sekali. Selain untuk kue mangkok, kalo ibuku dulu juga digunakan untuk bikin kue lumpang (kalo di Jambi namanya itu...hehehe... dan kue tradisional lainnya yang dikukus, atau juga bisa digunakan untuk mencetak puding mungil. Dibuat dari plastik, melamin ataupun porselen. Karena penggunaanya nanti akan di kukus, pastikan cetakan yang digunakan tahan panas dan udah food grade.

Ukuran di pasaran juga macam-macam, ada yang besar, sampe yang kecil imut-imut. O ya, baik itu dari bahan plastik, melamin maupun porselen, hasilnya sama koq. Tinggal sesuaikan sama keinginan dan budgetnya aja.

Thursday, July 21, 2011

Waffle Maker



Aku udah lama banget pengen waffle maker. Sayangnya, waffle maker yang ada dalam kepalaku sepertinya cuma ada ya di dalam kepalaku aja *heehee*. So, pilihanku cuma the next best thing lah. Waffle maker yang murah meriah. Walaupun sempat ragu sama kualitasnya, tapi aku pikir toh harganya juga gak mahal (sekitar Rp. 175. 000.-), jadi aku pun juga gak berharap banyak. Ternyata setelah aku coba, rasanya gak nyesel deh. Waffle yang di hasilkan tetap renyah dan matang merata. Waktu beli, di beri 2 pasang plate. Pertama, untuk bikin waffle dan yang sepasang lagi sandwich toaster segitiga. Kelemahannya, gak ada lampu indikator seperti waffle maker yang aku punya jaman kuliah dulu. Biasanya ada lampu yang berhenti menyala kalo udah matang. Sedangkan yang ini gak ada, cuma berpatokan pada petunjuknya, panggang selama 5 - 7 menit. Jadi ya harus pake timer sendiri kalo gak mau gosong.

Kalo berdasarkan search di internet *halaaaah*, waffle maker ku ini untuk membuat Belgian waffle karena lobangnya dalam. Di pasaran, masih ada lagi waffle maker yang menghasilkan waffle dengan lobang yang gak dalam, dan ada juga yang berbentuk bunga dan hati. Yep, jangan di samakan sama punyaku yang standar abiiiis...hihihihi... o ya, punyaku ini mengkonsumsi listrik 350 watt. Lumayan rendah di banding waffle maker sejenis dari merk yang lain dengan harga yang hampir sama.



Tuesday, June 28, 2011

Cookie Cutter/Cetakan Kue

I love cookie cutters! diantara semua peralatan baking, terus terang aku paling suka sama cookie cutter. Rasanya gak puas kalo ke toko bahan kue atau peralatan dapur tanpa mampir ke bagian cetakan kue. Aku bisa betah berlama-lama mengeksplorasi *cieee* cookie cutternya satu per-satu. Kalo ketemu yang aku blom punya dan bentuknya lucu, waaaah...rasanya hepiiii sekaleee. So, karena rasanya koleksiku ini masih dikit banget, jangan heran kalo nanti di bagian ini fotonya akan aku tambah terus...hihihihihi....

Lihat koleksiku yuuk....

Ada yang besar.... big big cookies.... ada yang kecil.... one bite...hop...hop....

Ada yang bisa nyetak sekali banyak....kaastengels gak harus berbentuk batang terus kaaan....

Princess ngerumpi di taman bunga....di temani kupu-kupu dan tupai yang suka melompat.... why not....

High heels dengan itsy bitsy teenie weenie bikini....waduh mpok...mau kemaneee....

Ada monkey yang lagi senyum hepi, ada telur yang mau pecah.... eiiits... udah helloween kah....??

My childhood memories... Mickey, Hello Kitty, My Melody, Snoopy..... they seems happy together, aren't they??

F for Flower..... B for Bears....Big big bears....small cutey bear.....

Ada nastar....ada kue satu.... kue-kue kesukaanku...!!

Anyway, walaupun aku suka sama cookie cutter yang unik dan lucu bentuknya, tapi aku lebih suka yang pengoperasiannya sederhana aja, yang fungsinya cuma untuk motong doang. Karena gak ribet, mau adonan kuenya tebal atau tipis, gak masalah.

Menurutku, cookie cutter ini gak perlu terbuat dari bahan tertentu. Mau dari plastik, stainless, almunium, atau cooper sekalipun, hasilnya sama aja. Yang penting bentuknya sesuai dengan keinginan. Gak masalah merk-nya apa, buatan dalam negeri ataupun import. Prinsipku untuk cookie cutter justru makin murah, makin baik...*medit.com*...hihihihi...

Saturday, June 18, 2011

Loyang Tanpa Sambungan

Kalo suka bikin cake lembut yang pemanggangannya dengan cara steam-bake (au bain marie), seperti cheesecake atau cotton cake, gak ada salahnya mulai koleksi beberapa loyang tanpa sambungan. Loyang ini dibuat dengan cara di cetak, jadi merupakan satu kesatuan. Tanpa sambungan, artinya tentu saja bebas lubang yang bikin air rendaman merembes ke dalam loyang kue. Harganya memang sedikit lebih mahal dari pada loyang almunium biasa. Tapi terasa lebih tebal dan buatannya lebih baik. Lumayan awet, karena loyang ini gak mudah penyok. Paling cuma baret aja.

Aku sendiri lebih suka pake loyang tanpa sambungan ini, baik untuk bikin cake yang mesti di steam bake, maupun cake yang panggang biasa aja. Kebetulan aku punya loyang yang berbentuk bulat dengan 3 ukuran berbeda dan loyang oval. Sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan baking ku. Hasilnya memuaskan, karena gak ada sambungan di loyang, cake yang di panggang mengeluarkannya lebih gampang (tentu saja tetap harus dioles mentega dan di taburi tepung, kan bukan teflon) permukaan cake pun terlihat lebih mulus.

Wednesday, June 15, 2011

Slow Cooker


Slow cooker ini bermanfaat banget (paling gak, ya buat aku lah...hehehe), bisa bikin makanan berkuah, mulai dari bubur, pot roast, aneka sup, soto, sampe rawon. Ada juga beberapa teman milis yang beli buat bikin makanan baby. Tinggal cemplung semua bahan kedalam mangkuk keramik, pasang alatnya, biarkan beberapa jam, jadi deh makanan yang berkaldu sedaaap... semua karena pemanasan yang rendah, jadi memasak makanan lebih lama. Gak usah khawatir, pemakaian listriknya juga dikit banget, jadi no problem kalo mau dibiarkan memasak semalaman.Link
Tentu saja, tetap harus diperhatikan lama penggunaan dengan bahan yang akan di masak. Misalnya, kalo cuma mau bikin rawon, paling 2 jam udah cukup. Kalo kelamaan, dagingnya bisa hancur. Apalagi kalo masak ikan atau udang, sebaiknya kaldunya udah di buat dulu, baru ikan dan udangnya dimasukkan belakangan. Punyaku ini slow cooker yang termasuk murah. Ada temanku punya yang harganya 3x lipat dari ini. Tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya. Biasanya perbedaan yang terlihat ada di mangkok keramiknya. Tapi kalo buat aku yang cooking for fun aja, punyaku ini sudah sangat memuaskan koq.

O ya, saranku, dari pada beli yang ukuran mini, lebih baik tetap beli slow cooker yang ukurannya sedang atau besar, supaya lebih banyak manfaatnya. Kecuali kalo memang hanya di gunakan untuk membuat makanan baby saja, baru deh beli yang kecil.

Wheat / Gandum

Di rumahku sekarang lebih sering beli roti yang mengandung wheat/gandum ini daripada roti biasa. Memang, wheat terkenal sebagai bahan makanan yang berserat tinggi. Selain roti (ada yang roti yang tepungnya terbuat dari wheat semua, ada yang di campur dengan terigu sebagian), bisa juga di gunakan untuk membuat kue, bubur dan yang pernah aku coba, untuk campuran adonan kulit pie. Cukup kurangi beberapa persen jumlah tepung, ganti dengan wheat...ta da! jadi deh makanan dengan jumlah serat yang lebih baik.

Mixed Fruits


Mixed fruits atau buah campur ini jadi bahan utama buat bikin fruit cake. Berbeda dengan sukade yang kering, mixed fruit biasanya lebih lembab karena dibuat dengan campuran air gula. Buah-buahan yang sering di gunakan dalam campuran mixed fruits diantaranya, manisan cherry, golden raisins, kulit jeruk, currants, nenas dan masih banyak lagi macamnya. Beda merk, beda pula campuran dan komposisinya.

Lemon Squeezer/ Perasan Jeruk

Berbeda dengan lemon zester yang fungsinya untuk mengambil kulit jeruk, lemon squeezer ini fungsinya untuk memeras sari jeruknya. Bentuknya banyak, tapi yang bikin mudah di kenali ya bentuk kubah perseginya yang memang udah identik banget dengan pemeras jeruk. Apapun desainnya, biasanya gak akan jauh dari bentuk kubah persegi itu. Innovasi nya paling di tambah penampung air jeruknya, saringan biji-nya atau dari bahan apa di buat. Ada yang dari plastik, kaca, silikon, porselen dan ada juga dari stainless. Hummm....dulu waktu jaman masih mahasiswi desain produk, sering banget ngebahas desain lemon squeezer-nya Philippe Stark yang fenomenal, sempat pengeeeeennnn banget. Tapi setelah punya hobi baking, malah gak pengen lagi. Lebih suka alat yang bisa di gunakan tanpa beban kalo rusak...hahahaha... kalo punyaku ini cukup simple. Tinggal di tusuk ke bagian tengah jeruk yang telah dibelah, tingal diputar-putar supaya jus nya keluar. Karena gak ada penyaring nya, kalo aku pengen air jeruk yang bebas ampas, ya harus digunakan di atas saringan terpisah.

Sunday, April 10, 2011

Cetakan Roti Jala


Sebenarnya cetakan roti jala itu sederhana aja. Teknisnya, hanya butuh lubang tempat adonan keluar dan diputar-putar diatas wajan. Bisa pake kaleng susu atau plastik yang di lubangi (cara ini pernah di terapkan Ibuku dulu...hehehe). Kalo cetakan khususnya, ya seperti sebelah kanan foto diatas. Tinggal di isi , langsung arahkan keatas wajan, maka adonannya akan mengalir dari lubang-lubang di bawahnya. Tapi yang aku suka cetakan yang di sebelah kiri, karena setelah diisi adonan, aku gak perlu ngebut keatas wajan, karena adonan gak akan tumpah sebelum kita tumpahkan sendiri. Kalo adonan gak habis, tinggal di letakkan di atas meja. Beda banget sama yang sebelah kanan, harus cepat di letakkan kembali ke baskom atau adonan akan tumpah kemana-mana.

Kalo mau bikin roti jala sendiri, main aja ke blog temanku yang lucu, mom Elly, di sana ada resepnya. So far, aku makan roti jala lagi, ya buatan mom Elly ini kalo lagi ada acara kumpul-kumpul. Enak dan lembut.

Selain dari plastik, cetakan roti jala ada juga yang terbuat dari almunium. Fungsinya sama aja, punyaku dari plastik, karena emang lebih murah...hahahahaha....

Loyang Bongkar Pasang / Springform Pan

Loyang bongkar pasang (bongpas/bopang) atau springform pan, sangat membantu sekali kalo mau bikin cake yang termasuk kategori sensi, seperti cheesecake atau mousse cake. Saat cake sudah set, tinggal di buka bagian kuncinya (apa ya tepatnya? engsel?? hahaha), maka pinggiran loyang akan melebar, terpisah dari alasnya dan dengan mudah terlepas dari cakenya. Aku juga pake loyang ini untuk bikin Tiramisu, bagian pinggirnya aku susun lady fingers dan di tengahnya baru aku tuang adonan tiramisunya. Setelah set, bisa langsung di lepas. Walaupun begitu, tetap harus hati-hati saat melepasnya supaya kue gak hancur atau patah.

Loyang tipe ini ada yang di buat dari almunium, dan ada juga yang berlapiskan teflon anti lengket. Aku sendiri punya beberapa loyang bongpas ini. Yang paling sering aku gunakan ya loyang sebelah kanan atas. Memang terbuat dari almunium, jadi harus aku oles mentega dan di taburi tepung sebelum di gunakan. Tapi aku suka banget karena terdiri dari ukuran kecil (paling besar 20cm). Aku belinya dulu di Manila, saat aku ultah ke 30 tahun *ehem*. Sempat nyesel juga beli karena ternyata lebih menarik yang berlapis teflon (niat amat ya, ngisi koper sama loyang...*hehe*), tapi sekarang aku bersyukur, karena ukuran ke-3 nya, pas untuk ovenku yang memang gak begitu besar. Kalo mau bikin cake yang lebih besar, ya aku pake yang teflon sebelah kiri atas (tapi tetap gak lebih dari 24 cm, ovennya gak muat soalnya...hehehe).Selain bisa di beli satuan, ada juga yang di jual per-set (3 ukuran). Sesuaikan aja dengan kue yang akan di buat, dan yang paling penting, harus sesuai dengan ukuran oven juga. Sekarang, bentuk loyangnya gak cuma bulat, udah tersedia macam-macam loyang bongkar pasang ini, ada yang kotak, bunga, hati dan ada juga loyang tulbannya. O ya, saat di gunakan, walaupun memakai loyang bongpas teflon, bagian bawahnya selalu aku lapisi dengan kertas baking, karena pinggirannya bisa di lepas, alas loyang suka "nempel" sama cakenya, kalo di lapis kertas, lebih mudah melepasnya.

Wednesday, April 6, 2011

Kuas


Buat ngoles kue ataupun roti, akan jauh lebih mudah dengan menggunakan kuas yang nama trendnya pastry brush. Selain itu, aku juga menggunakan kuas untuk mengoles loyang dengan mentega supaya gak lengket. Sebelum membeli kuas, biasanya yang jadi pertimbanganku rambut kuasnya. Aku kapok beli kuas biasa yang rambut kuasnya justru nempel di roti nya, nambah kerjaan banget ngambilinnya satu per satu. So, my favorite is kuas silikon. Selain gak perlu mikirin rambut kuasnya, juga tahan panas. Jadi kalo aku mau ngolesin saus ke ayam yang di keluarkan dari oven, bisa langsung dioles dengan kuasnya dan di jamin rambutnya gak akan keriting kena panas seperti kuas plastik.

Untuk mengoles kue mungil seperti kastengel dengan telur, aku menggunakan kuas lukis biasa yang ukurannya kecil (sayang waktu aku foto kuas, si kuas mungil gak ketemu). Gak masalah gak tahan panas, karena toh di oleskan sebelum di masukkan ke oven. Tapi tentu aja, selalu aku coba dulu kuasnya diatas kertas tissue putih sebelum digunakan. Tujuannya, ya untuk memastikan gak ada rambut kuas yang rontok.

O ya, satu lagi kelebihan kuas yang tahan panas, gampang banget buat di bersihkan. Cukup di rendam di air panas, adonan yang lengket akan lepas sendiri, baru deh di bersihkan seperti biasa.

Kitchen Thermometer

Kitchen thermometer, buatku juga termasuk kategori so-so. Gak banyak resep yang aku bikin mengharuskan aku menggunakan thermometer. Aku sendiri iseng beli waktu punya rencana (yeah...rencana doang..) nyoba bikin selai sendiri. Kenyataannya, aku cuma pake satu kali, itupun karena iseng doang waktu manggang ayam kretek, thermometernya aku tusuk ke atas ayam, cuma hanya karena aku pengen ngeliat cara kerja thermometernya..hehehe...

Sebenarnya, kalo memang di butuhkan, manfaatnya banyak juga, untuk mengukur suhu syrup gula, juga untuk mengukur kematangan daging, terutama daging yang di panggang besar dan tebal seperti roast beef atau kalkun. Berbeda dengan thermometer untuk oven yang bisa di gantungkan di pintu oven, bahkan ada yang bisa di letakkan di dalam oven, thermometer punyaku ini cukup di tusukkan ke bahan yang akan di ukur suhunya (bagian ujungnya dibikin lancip supaya lebih mudah) ataupun di celupkan ke dalam cairan. Tentu saja, tipe ini gak bisa di masukkan kedalam oven (ya iyalah, di buat dari bahan plastik...hehehe).

Kitchen Tong / Penjepit


Mungkin banyak yang gak pernah pake penjepit seperti ini di dapurnya. Tapi percaya deh, alat ini membantu banget. Makin sering di gunakan, makin banyak fungsinya. Mulai dari menata hidangan, sampe menyusun kue. Apalagi buat masak-masak yang urusannya sama minyak panas, penjepit jadi penyelamat. Kalo aku yang tukang masak amatiran, sangat terbantu dengan penjepit ini untuk menggoreng segala sesuatu yang mengundang percikan minyak. Seperti ikan, ayam atau udang...dengan penjepit, aku bisa memasukkan bahan mentah kedalam wajan dengan santai, satu persatu, tanpa perlu menerapkan tehnik lempar n' lari seperti yang biasa aku lakukan..ehem..

Di samping itu, juga untuk mengecek kematangan tanpa perlu mengangkat minyaknya dan lebih aman untuk membolak-balik juga. Walaupun fungsinya banyak (maklum, aku paling malas pegang bahan masakan pake tangan), tapi aku hanya punya satu ini. Udah cukup. Setelah sering di pake, aku jadi tau kalo penjepit sebaiknya beli yang tahan panas, boleh yang berlapis silikon seperti ini, atau yang semuanya terbuat dari stainless (kecuali gagangnya). Walaupun mungkin nanti tidak digunakan untuk memasak yang panas-panas, tapi gak ada ruginya beli yang tahan panas. Jangan lupa juga, cari yang ada penguncinya, supaya penjepitnya gak kebuka teruuus...

Lemon Zester

Kalo suka bikin cake yang ada lemon-nya, pasti deh suka menambahkan parutan kulit lemon ke dalam adonannya. Nah, lemon zester ini, fungsinya untuk memarut kulit lemon. Well gak hanya lemon sih, bisa juga buat orange ataupun jeruk nipis. Mestinya namanya Citrus Zester kali ya... Hum..sepertinya istilah memarut juga kurang pas, karena kulit lemon juga bisa di parut dengan parutan biasa ataupun parutan khusus kulit lemon (yang nanti akan ada posting sendiri tentang parutan). Mungkin tepatnya untuk "mengeruk" kulit lemon..hehehe..maksa banget...

Aku lumayan suka pake lemon zester ini, tapi gak sering. Aku lebih suka pake parutan aja. Cara menggunakannya, cukup di gesekkan bagian yang berlubang ke bagian kulit lemon yang sudah di cuci bersih-bersih *its a must!*, dapat deh bagian kuning kulit lemon yang siap di gunakan. Makin cepat digesekkannya, hasil kulit lemonnya akan berupa serutan pendek, kalo di gunakan perlahan, hasil serutannya akan panjang-panjang. Tapi, kalo mau kulit lemon yang halus, sebaiknya gunakan parutan biasa saja, asalkan di perhatikan supaya gak kebawa bagian putihnya agar tidak pahit.

Friday, April 1, 2011

Mikser

Kalo udah serius suka bikin kue, harus segera di pertimbangkan buat punya mikser. Kecualli kalo memang menikmati ngocok adonan pake whisk sampe gempor...hehehe...Gak perlu beli yang langsung besar dan mahal, yang biasa aja cukup. Udah bisa ngocok telor untuk aneka cake. Kalo aku, pertama punya mikser sendiri, aku beli mikser murah meriah (aku lupa merknya, kalo gak salah harganya waktu itu dibawah 100 ribu), yang akhirnya sukses aku bikin gosong n' mati mendadak tapi sudah sempat bikin beberapa kue. Trus aku beli mikser Philips Cucina, yang udah nemanin aku selama hampir 4 tahun. Memang, aku beli tipe yang ada stand-nya, tapi sejak beli cuma waktu nyoba pertama aku pake stand, selanjutnya, aku jadiin hand mikser aja. Waktu aku coba, kalo ngocok pake stand, rasanya kurang puas, sepertinya bagian bawahnya kurang kena, jadi aku lebih suka miksenya di pegang aja supaya puas muter-muter keliling baskom. Sementara standnya mangkal di gudang. Sejauh ini, cukup memuaskan, hampir semua kue di blog ku bikinnya pake mikser ini.

Trus, karena dulu aku sering bolak balik ke Jambi, di rumah Jambi aku beli mikser lumayan murah juga, mikser Miyako. Karena udah pengalaman sama standing yang gak kepake, aku cuma beli miksernya doang. Karena aku paksa kerja rodi, mikser Miyako pertamaku konslet dengan suksenya. Akhirnya aku beli satu lagi, dan so far, masih oke aja, yaah, masa pake nya juga baru setahun lebih. gak tau deh nantinya. Trus, aku juga pake mikser heavy duty Kitchen Aid yang aku beli sama my dear friend mom Elly. Pertama kali pengen punya gara-gara bikin donat cape' ngulennya. Cara kerjanya memuaskan sekali kalo buat home baker seperti aku. Untuk ngocok telur atau mentega, kerjanya cepat banget. Aneka hook yang di berikan, benar-benar bermanfaat untuk fungsinya masing-masing. Selain itu, pertimbanganku waktu beli, watt-nya lebih kecil di bandingkan mixer sejenis dari merk lain.

So...apa donk favorite ku?? tetap aku suka hand mikser...hehehe... karena ringan dan penyimpanannya gampang. Saking sukanya, aku sampe beli hand mikser Philips satu lagi karena sekarang aku lebih sering di Jambi. Kali ini aku beli tanpa stand nya, lumayan lebih murah dikit. Kalo heavy duty, ngangkatnya aja udah berat. Apalagi, kadang aku ngocok telur gak banyak, terlalu sedikit kalo pake mikser heavy duty, jadi whisknya gak nyampe ke bawah. Paling yang perlu di perhatikan saat memakai mikser tipe dan merk apapun, kalo miksernya terasa panas, berhenti saja sebentar, baru lanjut lagi. No problem.

Nah, cuma itu deh yang bisa aku ceritain soal mikser. Aku pake contoh mikser yang aku miliki soalnya banyak banget mikser dengan merk dan tipe yang berbeda di pasaran. Aku juga gak tau kelebihan dan kekurangan mikser yang ada selain punyaku yang sudah pernah aku gunakan sendiri...hehehe....

Pastry Mat


Duuh...susah deh kalo mau ngomong pastry mat yang satu ini. Bisa jadi fungsinya baik tapi memang tipe yang aku beli ini kurang bagus, atau memang gak perlu sama sekali. Aku beli ini iseng aja waktu ke Singapore sama Papaku. Pertama, yang bikin aku tertarik, karena ada ukuran-ukuran kulit pie yang aku perlukan yang sesuai dengan ukuran loyang (waktu itu aku lagi fase suka nge-pie) dan bisa juga di pake buat bikin ukuran fondant. Di bagian pinggirnya, juga ada ukuran seperti penggaris yang bisa aku gunakan kalo pengen bikin pola lattice (anyaman) di atas pie. Sesuai dengan apa yang tertera di boxnya.

Tapi pada kenyataannya, untuk membuat pie, aku justru lebih sering pake loyang pienya untuk ukuran kulit pie yang aku butuhkan. Setelah adonan digilas, cukup aku letakkan loyang pie dalam posisi terbalik keatasnya, trus potong deh sekelilingnya dengan pisau, tinggal lebihkan sedikit dari ukuran loyang. Beres n' gak ribet. Lha, kalo pake pastry mat ini, aku justru kesulitan karena aku suka banget beli loyang pie yang ukurannya macam-macam. Belum lagi kalo ada tipe yang bergelombang. Di kotaknya juga tertulis bisa digunakan untuk alas menggilas adonan supaya gak lengket. Setelah aku coba, tetap lengket, kecuali aku taburi tepung banyak-banyak. Which is sama aja kalo aku gilas langsung di atas marmer, mana mat-nya malah jalan kemana-mana. Bikin ribet. So...yah...mungkin aku aja....*sniffff*


Ice Cream Scoop


Pernah gak ngerasa beli scoop es krim tapi gak pernah di pake? karena pada akhirnya langsung aja ngambil es krim pake sendok biasa?? aku juga suka gitu. Kalo udah ngeliat es krim, saking semangatnya, udah gak sempat lagi mikinin scoop, langsung samber aja pake sendok makan..hehehehe... Sebenarmya, gak perlu nyesel punya ice cream scoop sendiri. Ice cream scoop, jangan di lihat sebagai sendok es krim aja. Banyak lho fungsi lainnya. Contohnya bisa buat membagi adonan cookies, atau untuk mambagi adonan cupcakes atau muffin ke dalam loyangnya.

Sekarang, tipenya macam-macam, ada yang polos, ada yang pake pendorong, dan ada yang menggunakan silikon supaya bisa di tekan dari belakang saat melepas es krim (contohnya ice cream scoopku yang biru di kanan bawah). Yep, masalah utama dari ice cream scoop itu, ya kadang es krimnya justru gak mau dilepas dari sendoknya. Kalo penjual es krim, biasanya pake yang biasa aja, es krimnya tetap bisa lepas dengan mudah, ini karena scoopnya selalu di celupkan ke air suhu ruang dulu sesaat sebelum di gunakan.

Kalo yang bulatannya lebih kecil itu, aku beli buat nyetak cookies yang ukurannya gak terlalu besar. Tapi karena aku suka gak sabaran, aku lebih sering bikin giant cookies pake yang ukuran biasa...bikinnya cepat dan yang makan puas...hehehehe...

Thursday, March 31, 2011

Pastry Wheel



Pastry wheel ada yang bergelombang dan ada yang polos. Kalo yang polos tajam, sering juga di sebut Pizza wheel, karena memang digunakan untuk memotong pizza. Memang, memotong pastry dan memotong pizza, bisa saja menggunakan pisau biasa. Tapi menggunakan pastry wheel, pekerjaannya jadi lebih mudah. Bentuknya yang seperti roda, tinggal di jalankan saja di atas adonan pastry, maka pastry akan langsung terpotong.

Aku suka menggunakan pastry wheel kalo lagi iseng bikin pola diatas pie. Aku juga pernah pake yang bergerigi untuk motong kue bawang, jadinya lucu, pinggirannya jadi bergelombang. Walaupun penggunaannya simple, saat digunakan tetap harus berhati-hati. Selain lumayan tajam, aku pernah ngebut aja ngerolling waktu mau motong adonan, hasilnya, potongannya miring kemana-mana...hehehe....

Dough Cutter, Pastry Scraper


Karena alat ini emang multi-fungsi, namanya pun macam-macam. Ada yang bilang dough cutter/pastry cutter, ada juga yang bilang pastry scraper/dough scrapper. Nah, kedua nama itu, sesuai banget sama kegunaannya...ya untuk meng-"cut" dan meng-"scrap" adonan. Bentuknya yang tipis seperti pisau (yang gak tajam), bisa di gunakan untuk memotong adonan. Misalnya membagi adonan untuk donat, roti atau adonan pizza yang ingin di buat dengan ukuran atau berat yang sama.

Fungsi lainnya bisa juga untuk mengangkat dan membersihkan sisa adonan. Kalo gak punya pastry blender, alat ini juga bisa di gunakan untuk mencampur tepung dengan mentega. Gak harus tebuat dari stainless, ada juga yang dari plastik atau kombinasi kedua bahan tersebut. Keduanya sama saja, mungkin yang bikin beda hanya ketajamannya (which is gak terlalu ngaruh kalo sekadar motong dough doang). Kadang, alat ini juga aku gunakan untuk meratakan buttercream di pinggiran cake.

Timer


Karena di pasaran banyak banget desain, warna dan harga timer, saranku, beli aja deh...hehehe... satu aja cukup dan dapat di gunakan baik untuk baking maupun cooking. Aku sendiri sangat terbantu sama timer. Walaupun aku biasanya baking pake oven listrik mungil yang ada timernya, tetap aku juga pasang timer lepasan yang aku punya. Dengan cara ini, aku bisa ngerjain yang lain dimana aja, misalnya, sambil nonton tv atau baca buku di kamar, tinggal bawa aja timernya. Daripada harus bengong dekat-dekat dapur nunggu timer oven bunyi...hihihi...

Kalo suka bikin roti, timer bakalan jadi best friend, buat ngingatin waktu pengembangan adonan supaya gak mengembang berlebihan. Timer sendiri ada yang manual, di putar dengan tangan, ada juga yang digital pake batre. Aku lebih suka yang manual aja. Selain bentuknya lucu-lucu *yeah, gak penting!*, aku juga berusaha meminimalisir penggunaan batre di dapur. Abisnya, aku orangnya jarang ngecek peralatanku, ribetkan kalo mau di gunakan batrenya gak ada. So, cukup timbangan digitalku aja yang ber-batre-ria....

Rolling Pin



Ini termasuk must have item juga nih buat yang suka baking. Bahannya macam-macam, ada yang stainless, plastik dan kayu. Menurutku, makin berat, makin mantap pakenya. My favorite itu yang di sebelah kiri, yep, yang dari stainless. Karena berat, gak perlu di tekan abis-abisan kalo ngegilas adonan. Kalo yang terbuat dari kayu, although tetap oke juga, tapi butuh sedikit pressure saat di gunakan. Nah, ini yang bikin capek. Tapi tegantung juga mau digunakan untuk apa, kalo rajin bikin roti atau mie, bagusnya emang pake rolling pin stainless karena adonannya lebih berat. Tapi kalo bikin kue kering, pake rolling pin kayu juga oke.

Kalo gak punya rolling pin juga gak masalah. Ibuku dulu sering ngegilas adonan kue kering pake botol kosong aja. Tapi ya susahnya bentuk badan botol kan rata-rata mengecil keatas, jadi, mesti pintar-pintar menentukan tebal-tipis-nya supaya dapat adonan kue kering yang tebalnya sama. Rolling pin ada juga yang bentuknya lurus aja, diameternya lebih kecil dan sedikit lebih ringan dari yang pake pegangan. Aku juga suka banget pake tipe ini, ukurannya beragam dan mudah untuk di gunakan. Kalo untuk fondant, aku suka pake yang stainless, karena rata dan teksturnya gak tercetak di permukaannya. Selain itu, untuk perawatan, juga lebih mudah, karena kalo rolling pin kayu, setelah di cuci harus di jemur hingga kering supaya gak mudah jamuran. Kalo stainless, abis di cuci, tinggal di lap, beres.

Friday, March 11, 2011

Fruit Baller


Sesuai namaya, kegunaannya memang untuk membetuk daging buah menjadi bola-bola kecil. Ada juga yang bilang namanya melon baller, karena mamang yang paling familiar di bikin bola ya buah melon. Benda yang satu ini standar abis. Prasaan dari dulu udah ada dan masih juga di pake sampe sekarang. Bentuknya juga gak ada inovasi penting. Begituuuuuu aja..... pokoknya, biasa banget!. Kalo Ibuku, suka banget make fruit baller buat ngebulat-bulatin buah yang dipake untuk es buahnya. Memang sih, buah-buahan akan kelihatan beda kalo di sajikan bulat-bulat, dari pada kotak-kotak. Kalo dibulatin, kesannya lebih "niat". Asalkan betah ngebuletinnya. Aku sendiri udah pernah nyoba buat bikin salad buah. Duuuh, ternyata, capek juga ngebuletinnya, lumayan menyita waktu juga. Apalagi kalo yang pinggiran bulatannya rada tebal, adduuuuuh...ampun deeehh.... ujung-ujungnya, tu buah aku potong aja kecil-kecil... cepat n' gak bikin capek...hehehe...

Nah, sekarang ada kemajuannya nih kegunaan dari fruit baller, gak hanya untuk buah aja. Coba deh jalan ke blog teman milisku yang baik hati, Widya Hidayat. Dia banyak bikin cake yang di hias dengan coklat kriwel.... jadi trademark-nya tuh...hehehe.... coklat kriwel itu dibuat dari coklat yang di keruk berlahan dengan fruit baller ini... cantik lho, bentuknya jadi seperti mawar. Keren deh!

Peeler


Ini termasuk alat yang kategorinya so-so lah buat aku. Kalo buat sekedar mengupas kentang atau apel, aku masih bisa pake pisau biasa. Tapi kalo untuk ngupas wortel, ampun dah. Susah banget ngupas kulitnya yang tipis. Bikin bentuk wortelku gak karuan, ada kupasannya yang tebal dan ada yang tipis. So, untuk tugas nge-bete-in itu, aku suka pake peeler. Tinggal sreeet...sreeet...beres. Selain itu, suka aku pake buat nyerut keju juga, biasaaa...kalo lagi kumat pengen keju yang tampilannya gak biasa, lebar-lebar gitu...hehehe...

Peeler sendiri desainnya ada macam-macam. Ada yang pisaunya horizontal, ada juga yang vertikal. Keduanya sama aja fungsinya, tinggal pilih mana yang lebih nyaman di tangan. Karena menggunakan pisau mungil yang bertugas untuk mengupas, harganyapun seperti membeli pisau. Ada yang murah, dan ada yang mahal. Tergantung kebutuhan juga, kalo jarang di pake, yang murah udah cukup, tapi biasanya mudah berkarat. Kalo sering di pake, sebaiknya beli yang bagus sekalian. Toh, cuma butuh satu doang.

Thursday, March 10, 2011

Whisk


Aku sering banget baca di milis ada yang ngomong gini "Aku masih newbie nih di dunia baking, belom punya mikser, blom punya ini, blom punya itu..."

Udah deh, kalo emang niat mau bikin kue, walaupun tanpa peralatan canggih, tetap aja bisa bikin kue. Contohnya whisk ini, bagi yang gak punya mikser, mulai deh sobatan sama whisk. Dengan whisk, tetap bisa bikin brownies lezat dan proll tape yang gak kalah nikmat. Tinggal tanya sama pak Google, banyak banget resep kue yang bisa di selesaikan dengan whisk. Percaya deh, sekali berhasil bikin kue, kita akan semangat sendiri untuk nabung supaya bisa nambah-nambah peralatan dapur. Tapi kalo hanya karena gak punya mikser gak jadi baking, yaaa...bakalan di situ-situ aja, gak ada kemajuan.

Jangan anggap remeh kekuatan whisk *ciee*... berguna banget. Whisk ini beda banget sama kocokan telur manual yang biasa di pake Ibu-ku tahun jebot dulu. Kalo yang punya ibu itu lebih bulat, lebih besar, kawat lebih tebal dan lebih nge-per karena bisa mengocok telor sampe benar-benar mengembang (dengan hasil tangan pegel setengah mati tentunya). Kalo ini bentuknya lebih ramping dan hanya sedikit membulat di bagian bawahnya. Ada yang membulat besar dan ada juga yang gak begitu membulat. Untuk beberapa jenis kue, aku masih bergantung dengan whisk ini, apalagi kalo brownies. Aku lebih suka pake whisk daripada mikser, takut overbeat. Kalo bikin adonan kulit risol, crepe atau pancake, beda banget deh hasilnya adonan yang di aduk dengan whisk dengan yang di aduk pake sendok kayu biasa.

Bagian kawat whisk, selain dari almunium atau stainless thok, juga ada yang kawatnya ditutup silikon. Menurutku hasilnya sama aja. So far, untuk aku *aku aja lho...* manfaat yang di cover silikon hanya supaya baskom atau panci teflon ku gak baret. Itu aja...eeeh, ada lagi, aku juga suka sama warna-warninya...hihihihi *gak penting!*. Soalnya, aku pake whisk biasa juga oke-oke aja tuh hasilnya. Yang penting, jangan beli whisk yang terbuat dari plastik yang gak tahan panas, karena, ada masanya kita mesti mengocok adonan dengan suhu panas. Sayang banget kalo baru di pake whisknya udah mleyot...

Potato Masher/Pelumat Kentang


Kalo Ibuku dulu, suka banget ngelumatin kentang pake botol...pokoknya kalo lagi ada acara di rumah dan menu-nya perkedel, bakalan banyak botol yang pantatnya siap digunakan untuk melumatkan kentang...hihihihi... sederhana banget caranya, but it works! buktinya perkedel selalu jadi dan tetap aja cantik bentuknya. Nah, pelumat kentang ini, bisa dikatakan bukan alat yang vital untuk di miliki di dapur, tapi, ini salah satu perangkat dapur favorite ku. Tidak hanya untuk menghancurkan kentang, tapi buat melumatkan yang lain juga. Mulai dari pisang, talas, strawberry sampe untuk ngelumatin kacang ijo. Percaya atau tidak, menghancurkan kentang bisa lebih cepat pake potato masher ini daripada pake botol seperti Ibuku dulu. Walaupun cara kerjanya terlihat sama.

Aku sendiri lebih suka yang manual begini, mudah mengatur berapa lembutnya kentang yang kita inginkan. Walaupun aku udah punya hand blender, tetap untuk mashed potatoes, aku selalu pake alat ini. Untuk bentuknya pun aku cari yang sederhana aja, yang penting terbuat dari besi dan cukup kuat untuk di tekan diatas kentang. Ada yang terbuat dari plastik, wuih, susye kalo di pake buat ngancurin. Kebayang alatnya ikutan mleyot tiap kali ditekan saat melumatkan kentang.

Ada juga pelumat kentang yang bentuknya sedikit lebih canggih (tetap kalah canggih kalo di badingin sama hand blender...hihihihi). Tinggal masukkan kentang ke bagian tengahnya, tutup dengan bagian atasnya, terus di tekan. Kentangnya akan keluar di lubang-lubang kecil di bagian bawah dan pinggirnya. Tapi aku jarang pake alat begitu, kayaknya cuma sekali deh. Mungkin baru terasa manfaatnya kalo digunakan untuk menghancurkan kentang dalam jumlah banyak. Kalo cuma setengah kilo sih, mending pake yang biasa aja. Karena selain rada berat, menurutku juga gak simple-simple amat pemakaiannya. Membarsihkannya juga butuh waktu daripada potato masher biasa.

Thursday, March 3, 2011

Pastry Blender


Kalo rajin bikin aneka pastry, pie ataupun roti, gak ada salahnya punya pastry blender ini. Aku sendiri sangat terbantu kalo mau bikin kulit pie. Maklum jari-jari tanganku yang ndut-ndut *tapi so cute* ini suka lebay kalo nyampur mentega dengan tepung. Kadang terlalu semangat nyampurnya, hasilnya, kulit pie jadi keras karena mentega sempat berminyak. Dengan pastry blender ini, adonan gak perlu bersentuhan dengan hangatnya suhu tubuh. So, kalo pengen mencampur mentega dengan tepung hingga berbutir, pake alat ini benar-benar highly recommended deh!

Kalo punyaku ini, bentuknya simpel aja, semua dari stainless. Di pasaran, ada juga yang pake gagang plastik dan bagian pisaunya dari kawat tebal. Pokoknya macam-macam deh bentuknya. Fungsinya sama aja, paling ada yang cepat bikin berbutir, ada juga yang rada lama. Kalo aku pilih yang semua stailess supaya gampang ngebersihinnya. Karena bentuknya banyak siku, kadang sulit ngebersihin adonan yang nempel di sisi-sisinya. Apalagi kalo campuran mentega sama tepung, nempelnya lama. Karena stainless semua, biasanya aku rendam sebentar kedalam baskom berisi air panas, nanti menteganya mencair dan lepas sendiri dari sisi-sisinya. Baru deh di cuci seperti biasa.

Silpat


Ini niih yang selalu aku promoin buat alas loyang kalo bikin kue kering. Aku pertama kenal juga dari Riana. Sejak itu, langsung deh jadi benda wajib setiap baking kue kering, soes, roti, pokoknya apa aja yang loyangnya mesti diberi alas dulu. Abisnya, aku paling males ngolesin loyang kalo bikin kue kering, bikin tangan lengket. Sebenarnya nama Silpat itu salah satu merknya (mungkin namanya silicon baking mat kali ya?) tapi gak tau kenapa lebih dikenal namanya Silpat. Untuk silpat yang bagus banget (yang merknya emang Silpat..hehehe) aku pernah lihat di pameran peralatan dapur, selain harganya bikin kaget, ukurannya juga terbatas. Terlalu besar untuk oven mungilku, kayaknya dibikin khusus untuk professional yang punya oven gede. Karena bahannya tebal dan harganya mahal, sayang banget kalo harus dipotong sesuai ukuran loyang yang aku inginkan.

Silpat yang aku gunakan, bentuknya seperti kertas roti, tapi ini lebih licin seperti plastik. Dijual lembaran dan bisa digunting disesuaikan dengan besar loyang. Dont worry, gak harus gunting terus, cukup sekali untuk satu loyang. Soalnya silpat bisa dipake berulang kali. Jadi, jangan heran kalo ngeliat semua loyang di rumahku sudah aku gunting kan silpat sesuai dengan ukurannya masing-masing. Cocok banget buat aku yang suka malas kalo di suruh gunting kertas roti buat baking.

Pengalamanku, harga silpat tipis ini macam-macam. Lain tbk, lain harga. Kadang beda harganya lumayan jauh lho (malah ada yang separuhnya). Memang, ada yang agak tebal dan ada yang tipis (warnanya ada yang lebih gelap untuk yang tebal dan ada yang terang untuk yang tipis), tapi setelah aku pake keduanya, gak ada bedanya tuh. Jadi mending cari yang murah deh.


Spatula



I LOVE SPATULA!! kegunaannya banyak banget. Saat masak-masak dan baking-baking, sama asyiknya kalo pake spatula. Saranku, beli spatula TERBAIK dengan budget yang kita miliki. Invest deh ke spatula yang bagus. Lagian, gak perlu punya banyak, satu atau dua aja udah cukup, yang penting bisa meng-scrap adonan dengan baik. Aku pernah beli spatula murah yang terbuat dari plastik, karena murah, aku beli selusin sekalian, kirain supaya gak perlu cuci-cuci segala. Giliran dipake....ugh, bikin frustasi aja! saat mau membersihkan wadah dari adonan, rasanya seperti numpang lewat thok, gak bersih. So, pilih spatula yang terbuat dari karet yang bagus atau dari silikon. Sebelum dibeli, pegang dan rasakan dengan tangan, kira-kira bisa gak nge-scrap adonan. Dari pada beli trus bikin keki.

Ukuran spatula juga macam-macam, ada yang pendek, ada yang panjang, ada yg lebar, ada yang ramping. Sesuaikan saja dengan kebutuhan, kalo sering bikin adonan dalam jumlah besar, gak rugi beli spatula yang besar pula, begitu juga sebaliknya. O ya, untuk spatula, jangan lupa, saat beli, perhatikan juga cara penyambungan karet atau silikon ke pegangannya. Perhatikan apakah cukup kuat waktu di gunakan untuk mengaduk. Ada beberapa spatula yang sambungannya gak kuat, jadi saat dipakai, malah lepas dari gagangnya *bikin ribet*. Kalo bisa, malah lebih baik beli spatula yang gak pake sambungan. Gak khawatir bakalan ada yang lepas...hehehe...


Sendok Ukur


Sendok ukur ini, bisa dikatakan tambahan aja. Soalnya gak masalah punya apa nggak. Kalo punya ya bagus, kalo gak, juga gak pa pa. Satu set sendok ukur ini terdiri dari berbagai ukuran sendok makan dan sendok teh. Nah, itu kan bisa saja pake sendok yang ada di rumah. Cuma kalo masih ragu, atau pengen ukuran yang sama terus, ya gak ada salahnya pake sendok ukur begini. Aku sendiri jarang pake, ribet. Lebih suka pake sendok biasa aja, kalo selesai langsung antar ke dapur supaya di cuci sekalian piring kotor sama asisten....hehehe...

Sama seperti measuring cups, sendok ukur ini juga tersedia dari barbagai bahan, dari stainless, sampai plastik. Terserah mau yang mana, fungsi dan performanya sama aja. Saranku, untuk sendok ukur, makin sederhana bentuk dan pengoperasiannya, semakin baik *menurutku*. Soalnya aku punya sendok ukur yang desainnya keren, cukup satu untuk semua ukuran, tinggal di dorong untuk menyesuaikan ukuran yang di inginkan. Kelihatannya simple karena gak perlu banyak makan tempat, ternyata pemakaiannya ribet dan memakan waktu. Lha, ditengah-tengah masak, satu tangan pegang centong, yang satu lagi gak mungkin dipake buat dorong-dorong sendok buat masukin garam. Lebih baik beli yang biasa aja, tinggal pilih sendok yang sesuai dengan ukuran yang akan digunakan. Praktis.


Gelas Ukur



Walaupun banyak benda lain yang bisa dimanfaatkan buat ngukur cairan, seperti botol susu, wadah air minum dan lainnya. Tapi tetap, kalo punya alat ukur ini lebih bebas. Gak masalah alat ukurnya dari kaca atau plastik, yang paling penting adalah angka dan garisnya jelas. Itu mesti dilihat betul, soale kadang ada yang hurufnya pake huruf Jepang, sampe rumah bingung mana yang ml, fl oz dan mana yang cup..hehehe... (terjadi sama diriku tuh, terpaksa di pake buat nyiram kembang *dari pada mubazir...*ehem*). Kalo gelas stainless mungil yang paling depan, itu untuk ukuran kecil, hanya 15 ml hingga 75 ml. Aku beli iseng aja, soale gelas ukur biasa, mayoritas dimulai dari 100ml.

Harganya juga lumayan murah koq, yang terbuat dari plastik putih belakang kanan, bisa di beli di supermarket biasa. Aku sering pake kalo harus ngukur berliter-liter karena besar, ringan dan gak perlu khawatir kalo rusak *hihi*. Kalo favoriteku, yang di kiri depan (oxo). Angkanya jelas, dan didesain supaya angkanya juga bisa dibaca dari atas. Jadi aku gak perlu nunduk atau angkat-angkat keatas segala kalo mau lihat angkanya..hehehe...

Measuring Cups


"Kalo satu cup tepung itu berapa gram ya?"
Sering banget deh teman-temanku bertanya begitu. Kadang aku juga bingung mau jawabnya, karena selain aku juga gak tau *hihihi*, tiap bahan yang kita timbang, tentu beratnya beda. Misalnya, 1 cup air dan 1 cup beras, kalo di timbang dengan gram, hasilnya pasti gak sama. Gak mungkin kan kita harus menghafal konversi setiap bahan yang akan digunakan? walaupun kita bisa konversi secara online, tetap aja, jauh lebih baik kalau kita punya measuring cups sendiri. Apalagi sekarang gak begitu sulit koq untuk mendapatkannya, kalo belanja ke supermarket besar, coba deh jalan ke bagian peralatan dapur mereka. Biasanya, di sana ada measuring cup.

Ini bisa juga lho jadi solusi bagi yang masih ragu untuk invest ke timbangan ataupun punya space terbatas. Tinggal cari aja resep yang pake ukuran cup...langsung deh bisa bikin-bikin. Ada yang terbuat dari stainless, plastic, silicon, melamine dan ada juga dari akrilik, tinggal pilih yang kita suka dan sesuaikan dengan budget yang dimiliki (aku sendiri lebih suka pake yang plastik, ringan soale..hehehe). Gak usah terlalu khawatir mau beli yang terbuat dari bahan apa, hasilnya sama aja. Waktu membeli, yang harus di perhatikan, adalah jumlahnya, semakin banyak jumlah cupnya, semakin baik. Standarnya, ada 1 cup, 2/3 cup, 1/2 cup dan 1/4 cup. Kadang ada juga 1/3 cup.

Kalo gak ketemu cup seperti ini, lihat deh di supermarket, biasanya ada alat ukur cairan dari plastik, kadang selain ml, juga tertera ukuran cup. Bisa jadi alternatif. Memang, bahan-bahan yang diukur dengan cup, ada yang bisa di konversi ke gram, tapi itu biasanya yang basic aja, seperti gula dan tepung. Kalo punya cup-nya, bisa lebih bebas, bisa buat ngukur choco chips ataupun kacang-kacangan, bahkan cairan.

Wednesday, March 2, 2011

Timbangan

Timbangan adalah benda wajib yang ada di dapur, apalagi kalo memang lebih suka bikin kue dari pada masak seperti aku!...hihihihi... Yep, yang namanya bikin kue, berat setiap bahan akan menentukan hasil akhirnya. Gak mau kan kalo kue yang udah dibikin dengan semangat ternyata bantet karena kebanyakan tepung?...Oooh...no no no...

Aku sendiri, lebih suka pakai timbangan digital. Angkanya mudah di baca (jadi lebih pasti), apalagi kalo harus nimbang bahan yang jumlahnya gak banyak, seperti 5 gr atau 10 gr. Dengan timbangan digital, kita gak ribet melototin jarum penunjuknya, cukup baca angkanya aja. Di pasaran, ada banyak timbangan digital, mulai dari merk high end yang harganya lumayan, sampe yang 3x lebih murah. Of course, selalu ada alasan mengapa ada perbedaan harga (ini berlaku untuk semua sih, gak cuma timbangan aja...hehehe), tapi menurutku, sesuaikan aja dengan budget dan penggunaannya nanti. Toh, kalau dipakai dengan benar dan di rawat dengan baik, timbangan bisa di gunakan untuk jangka waktu lama, apapun merknya. Kalo untuk rumahan (like me), kapasitas maksimum 3 kg udah cukup. Tapi kalau mau kapasitas besar, ada juga yang hingga 5 kg keatas. By the way, timbangan digital membantu banget kalo aku pengen nyoba resep dengan ukuran Lbs, tinggal tekan tombol n' gak perlu konversi ke gram segala.

Aku sendiri punya 2 timbangan digital, pertama merknya Brabantia yang aku gunakan di rumah Jakarta, dan Tanita yang aku gunakan di Jambi. Keduanya ada lebih dan ada kekurangannya. Kalo yang Brabantia, menggunakan batre gepeng seperti koin, lebih tahan lama daripada Tanita yang menggunakan batre AAA biasa, ini lumayan cepat habis batrenya. Kekurangannya, Brabantia susah nyari service centernya (blom ketemu dimana), sedangkan Tanita, udah ada service centrenya (menurut teman-teman milis, aku blom pernah juga). Oya, untuk designnya, aku lebih suka Tanita, karena lebih flat dan ada mangkoknya. Sementara Brabantia, dibagian tengahnya ada lis miring yang bikin aku harus extra hati-hati kalo nimbang dengan baskom besar supaya gak tumpah (timbangan ini hanya timbangan tok, tanpa mangkok whatsoever).

Selain timbangan digital, timbangan analog biasa juga jangan di anggap remeh lho. Tetap layak untuk di miliki, apalagi bagi pemula yang baru mau coba-coba bikin kue. Harga boleh murah, tapi manfaatnya, lumayan banget. Aku sendiri pertama kali bikin kue, juga pake timbangan analog, dan kuenya tetap jadi. Yang penting selalu melihat arah jarumnya dari bagian depan timbangan. Insya Allah, tetap akurat koq. Selain itu, aku beberapa kali terselamatkan oleh timbangan analogku di saat timbangan digitalku kehabisan batre tengah malam. Gak ada cara lain selain mengeluarkan timbangan manual, lha...adonan kan gak mungkin menunggu terlalu lama. So, kalo udah punya timbangan digital, timbangan manualnya jangan di kasihkan orang dulu *medit*, karena tetap aja perlu. Jangan sampe kejadian seperti seperti aku, pagi timbangan manualku aku kasihkan ke Bibi-ku, malamnya timbangan digitalku kehabisan batre...tragis banget, terpaksa beli lagi...hiiiks...

Hello! Hello!

Hello!

Blog ini sengaja aku bikin khusus untuk membahas peralatan maupun bahan yang sering aku gunakan di dapurku. Baik itu peralatan masak ataupun membuat kue. Apapun yang aku tulis di sini, merupakan pendapat pribadi ku lho...*ehem*, so, jangan dianggap serius amat *hehe* soalnya kadang aku juga menggunakan alat atau bahan gak sesuai dengan fungsi yang seharusnya, tapi, asalkan sesuai dengan yang aku harapkan, fine by me...hihihihi...

Mudah-mudahan blog ini bisa menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman yang baca blog aku. Soalnya aku sering di tanya, peralatan apa yang harus di miliki dan yang tidak atau pertanyaan seputar kegunaannya. Naaah, karena tiap orang kebutuhannya beda-beda, aku suka ragu jawabnya. Melalui blog ini, yang masih ragu-ragu, silahkan pertimbangkan sendiri peralatan dapur apa yang bermanfaat dan apa yang tidak yaaa.....

*hugs*
Camelia